Jika Anda sering berkunjung di cafe-cafe terutama di area bebas rokok, maka yang akan Anda temui adalah banyaknya pengunjung yang ngevape

Setara.net – The Tobacco Atlas pada tahun 2015 lalu telah merilis data mengenai jumlah perokok di dunia. Hasil penelitian tersebut mengagetkan banyak pihak, tak terkecuali di Indonesia. Hasilnya, negara Indonesia adalah negara yang paling banyak dalam hal jumlah perokok. Pria dengan usia di atas 15 tahun di Indonesia 60 persennya adalah perokok. Ya, 60 persen! Artinya bahwa, 3 lelaki di Indonesia, 2 diantaranya adalah perokok.

Usia 15 tahun pada umumnya di Indonesia adalah masih pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hal ini memang membuat para orangtua khawatir akan anaknya yang sudah merokok sejak usia belasan. Pada masa itulah, remaja sedang mencari jati dirinya.

Merokok adalah keren. Ya, persepsi itu masih tertanam hingga kini di kepala remaja belasan tahun. Ditambah lagi, banyak yang mengatakan “cowok itu harus ngrokok!”. Begitulah, ungkapan yang sering kita dengar. Maka, bila 60 persen pria di Indonesia adalah perokok adalah wajar-wajar saja.

Tren baru, Rokok Elektrik

Belakangan ini, khsusunya di kota-kota besar Indonesia sedang ramai beralih ke rokok elektrik. Entah nikmatnya apa. Menurut saya, yang perokok konvensional, masih belum mau mencoba rokok elektrik ini. Walaupun sering kali ditawari oleh teman saya untuk beralih atau setidaknya merasakan rokok elektrik.

Salah satu pelajar Sekolah Menengah Pertama di Jakarta, bernama Reza Revanza adalah pengguna rokok elektrik. Ia beralih ke rokok elektrik dikarenakan bisa memilih rasa. “Ya menerut saya, vape itu lebih ngebul terus ada banyak varian rasa” Ujar Reza. Sebelumnya Reza sudah lama merokok dengan rokok biasa. “Sudah merokok 4 tahunan-lah” ungkap Reza yang saat ini berusia 15 tahun ini. “Tapi itu gak tiap hari”, lanjut Reza.

Ia baru beralih ke vape kisaran di bulan september tahun lalu. Artinya, sampai saat ini ia vaping (ngevape) baru sekitar 6 bulan. Menurutnya vape lebih irit dibandingkan dengan rokok biasa. Dulu, ia dalam sebulan bisa menghabiskan uang sebesar 600 ribu rupiah untuk merokok. Namun ketika ia berganti ke vape lebih irit. “Untuk harga 1 botol liquid 60 mili, rata-rata 150 ribuan” akunya. Dalam 1 botol liquid ia bisa menghabiskan lebih dari sebulan. Perbandingannya memang jauh sekali. Memang benar yang dikatakan Reza, bahwa vape lebih banyak varian rasanya dibandingkan dengan rokok biasa. Reza sendiri lebih memilih rasa banana orange.

Bisa memilih berbagai macam varian rasa

Saya sedikit ngobrol dengan Alan Darma Saputra. Ia adalah seorang karyawan di Cikarang. Alan sama seperti dengan Reza, ia juga beralih ke vape. “udah lama gua pake vape” katanya terkekeh. “semenjak nikah dilarang istri untuk ngerokok” lanjutnya masih sambil terkekeh. Alan ngevape karena terpaksa sebenarnya. Meskipun demikian, ia menikmati sekali rokok elektrik tersebut. Ia saat ini menggunakan rasa strawberry. Dalam sebulan bisa menghabiskan 1 botol liquid seharga 170 ribu saja.

Rasa-rasa vape memang banyak. Selain strawberry dan banana, masih banyak sederet rasa lainnya. Paling tidak hampir semua buah-buahan ada. Mulai dari jambu, anggur, durian, apel bahkan hingga melon tersdia.

Sejarah Rokok Elektrik

Sebenarnya di dunia, rokok elektrik sudah sejak lama ada. Dimulai tahun 1963 Hebert A Gilbert telah mematenkan rokok elektrik pertama di dunia. Namun kala itu, belum berkembang. Hingga pada akhirnya di awal tahun 2000an, tepatnya 2003, seorang perokok berat asal Cina bernama Hon Lik telah mengembangkan vape yang ada baterainya. Dan bisa dijual bebas di seluruh dunia tak terkecuali di Indonesia.

Sejarah Rokok Elektrik
Sejarah Rokok Elektrik | Setara.net

Asiknya Ngevape

Jika Anda sering berkunjung di cafe-cafe terutama di area bebas rokok, maka yang akan Anda temui adalah banyaknya pengunjung yang ngevape. Ngevape saat ini menjadi gaya baru dan terkesan lebih hits dibandingkan dengan rokok biasa. Seperti yang diungkapkan oleh Reza di awal tulisan, vape lebih ngebul. Namun tak hanya di cafe-cafe saja, di Jakarta saja, terutama di gedung-gedung perkantoran ketika jam istirahat tepat di kantin atau area bebas merokok maka Anda akan banyak menemukan lelaki yang vaping.

Sebenarnya, tren ngevape ini bisa mengancam petani-petani tembakau kita. Walaupun begitu, masih banyak orang yang bersetia kepada rokok biasa. Salah satunya adalah saya.

 

Robit Mikrojul Huda